Kalah Sama Tangan Lo Sendiri

”Kalau mau hancurin generasi muda, hancurkan dulu moralnya.”

Kenapa mengakses situs porno itu gampang dibuka?
Iklannya brutal, tampilannya vulgar, dan yang lebih parah, anak SD pun bisa nonton.
Nggak ada verifikasi umur, nggak ada pagar, nggak ada rem.

Gratis bukan karena baik hati, tapi karena lo yang jadi produknya.
Semakin banyak mata yang nonton, semakin besar uang yang masuk.
Bukan cuma dari iklan, tapi dari data, kebiasaan, dan atensi lo yang diam-diam direkam.
Mereka nggak jual video, mereka jual waktu dan perhatian manusia.
Dan itu adalah komoditas paling mahal di zaman ini.

Yang sebenarnya berbahaya bukan cuma gambar atau video, tapi rasa kehilangan kontrol atas diri sendiri.
Perlahan, banyak orang jadi tumpul terhadap hubungan nyata, hilang arah soal makna keintiman, bahkan lupa cara menghargai diri sendiri.

Anak-anak tumbuh dengan akses yang nggak pernah seaman dulu.
Dulu salah channel TV aja udah ditegur, sekarang cukup satu klik, satu kata kunci, dan dunia gelap terbuka lebar.
Bukan karena mereka nakal, tapi karena sistem yang membiarkan mereka belajar tentang tubuh tanpa nilai, tanpa konteks, tanpa tanggung jawab.

Mereka belajar cinta dari layar, bukan dari kasih sayang.
Mereka kenal keintiman lewat fantasi, bukan lewat kedekatan.
Dan pelan-pelan, mereka kehilangan arah, bingung membedakan antara hasrat dan kasih, antara tubuh dan jiwa.

Yang paling ironis, dunia ini punya hukum buat segala hal, tapi nggak punya keberanian buat melindungi pikiran generasi muda dari racun yang disamarkan jadi “hiburan”.

Kesucian pikiran yang hilang tanpa sadar.
Rasa malu yang dulunya jadi rem moral, kini dianggap lelucon.
Yang dulu tabu, sekarang tren.

Industri itu dibiarkan hidup bukan karena nggak bisa dihentikan,
tapi karena terlalu banyak yang diuntungkan kalau manusia terus jadi budak dari hasratnya sendiri.

Tujuaannya bikin lo lemah, bikin lo lumpuh, bikin lo gampang dikontrol.
Lo pikir itu cuma hiburan?
Lo pikir lo nonton gratis?
Lo senenarnya bayar mahal, waktu yang hilang, fokus yang tercerai-berai, dopamin yang terus dikejar sampai gak lagi bisa bedain antara fantasi dan kenyataan.

Mereka tahu titik lemah lo. Mereka tahu bagaimana bikin pengalaman singkat itu terasa tak tergantikan. Mereka pancing, lo klik, kebiasaan terbentuk. Sampai suatu hari lo sadar, hubungan lo hampa, standar lo rusak, harapan lo tergantikan layar.

Pornografi itu sama kayak obat penjinak yang halus, tapi mematikan arah hidup lo pelan-pelan.
Sekali lo kecanduan, lo gak sadar lagi siapa yang sebenarnya pegang kendali.

Karena porno bukan cuma soal nafsu.
Itu senjata biologis yang ngubah cara otak lo bekerja.
Dopamin lo anjlok, testosteron lo turun.
Efeknya? Lo jadi males gerak, gak punya gairah, gak bisa fokus, dan takut ambil risiko.
Singkatnya, lo kehilangan api laki-laki yang mestinya bikin lo berjuang.

Semua itu cocok banget dengan “agenda” sistem besar yang pengen masyarakat tetap jinak.
Mereka gak butuh lo kuat, gak butuh lo punya visi.
Mereka cuma butuh lo konsumtif, pasif, dan produktif secukupnya, cukup buat roda ekonomi muter, tapi gak cukup buat lo bangkit dan nentang.

Karena gak akan pernah ada revolusi dari orang yang kecanduan coli.

Kenapa ini gak pernah dibahas di media?
Karena sistem gak mau lo sadar.
Mereka lebih suka lo sibuk ngejar kenikmatan semu, daripada nyadar kalau lo sebenarnya lagi diserang lewat otak lo sendiri.
Dan yang paling berbahaya bukan videonya, tapi rasa puas palsu yang bikin lo berhenti jadi pejuang sebelum perang dimulai.

Lo dirugikan tanpa sadar.
Dan ini bukan soal moral, bukan soal dosa, ini soal biokimia otak lo yang diretas.

Lo lagi main di lab eksperimen terbesar di dunia, otak lo dijadikan kelinci percobaan.
Setiap klik, setiap video, setiap orgasme palsu itu ngirim sinyal ke otak lo buat minta lagi, dan lagi, dan lagi.
Sampai akhirnya lo candu, tanpa sadar lo kecanduan.

“Gue cuma nonton sesekali kok.”
Ya, dan semua pecandu narkoba juga mulai dari kalimat itu.
Ga semua yang nyoba langsung ketagihan,
tapi semua yang ketagihan pasti pernah bilang “cuma sesekali.”

Kenapa konten tentang kesadaran, disiplin, dan kebenaran sering disensor?
Tapi konten porno lolos terus di mana-mana?
Kenapa banyak negara seolah menutup mata, padahal mereka tahu efeknya ke generasi muda?

Karena lo gampang dikontrol kalau lo sibuk main sabun.
Lo gak bakal protes, gak bakal mikir jauh, gak bakal punya tenaga buat bangkit.

Dan selama lo terus jadi budak dari dopamin sendiri,
sistem gak perlu pakai senjata buat ngalahin lo, cukup layar kecil di tangan lo, dan rasa puas yang menipu itu udah cukup buat bikin lo tunduk.

Siapa yang diuntungkan?
Korporasi porno. Jaringan iklan. Pemerintah yang males ngurus rakyat yang kritis. Sistem yang butuh budak patuh.

Stop coli bukan soal agama doang, ini soal siapa yang pegang kendali atas otak dan fokus lo.
Kalau lo kalah sama tangan lo sendiri, dunia ini nggak bakal bisa lo kuasai. Lo nggak bakal berani ambil risiko, nggak bakal gigih berjuang, nggak bakal memimpin perubahan.

Jadi ini bukan cuma moral talk. Ini peringatan politik-biologis
waktu lo, perhatian lo, potensi lo sedang dikuras.
Kalau lo masih mau bebas, berhenti meremehkan efeknya. Tarik kembali kendali itu. Mulai dari satu keputusan kecil.

Comments

Popular Posts